Minggu, 11 Oktober 2009

PENGENDARA MOTOR SEBAIKNYA BERHATI-HATI

Saat ini banyak sekali penduduk Jakarta yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor. Mungkin anda juga seering melihat pengendara sepeda motor saat ini sudah tidak terhitung. Saat ini sudah mencapai ribuan bahkan jutaan, bisa dikatakan setiap individu memiliki satu kendaraan bermotor atau lebih. Dengan keaadan seperti itulah yang membuat ibu kota jakarta ini menjadi semakin padat, dan kepadatan tersebut membuat jalan-jalan semakin macet dan susah untuk diatur dari hari ke hari. Belum ditambah lagi jika terjadi kecelakaan dan para angkutan umum yang berhenti sembarangan yang dikenal dengan “terminal bayangan”.

Hal ini sebenarnya bisa dihindarkan, jika saja para pengguna motor bisa tertib selama berada di jalan, dan tentu saja mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang sudah ditetapkan oleh pihak berwajib. Menurut pengamatan yang saya dapat, perilaku dari pengendara motor yang tidak tertib itulah yang menjadi penyebab utama kemacetan. Padahal mereka tahu jika mereka tidak mematuhi peraturan rambu lalu-lintas mereka akan dikenakan sanksi atau lebih sering dikenal dengan istilah “tilang”.
Banyak orang yang berusaha berangkat lebih awal dari biasanya untuk menghindari macet tetapi tetap saja mereka terjebak macet, bagi mereka kemacetan telah menjadi hal yang biasa dihadapi setiap harinya. Saat mereka berangkat kerja, kuliah atau ketika akan melakukan aktivitas di perjalanan mereka sudah terjebak kemacetan sehingga pada saat mereka akan memulai aktivitasnya mereka sudah kehilangan semangat dan konsentrasi, sampai mereka kembali pulang kerumah pun bisa dipastikan mereka terjebak kemacetan. Dan kejadian ini berulang terus setiap hari.

Hal inilah yang membuat para pengendara sepeda motor menjadi jenuh sehingga mereka menjadi mudah terpancing emosinya, apalagi jika cuaca saat itu memang sedang panas. Bahkan saat mecet total terjadi sering dijumpai para pengendara yang kelelahan sehingga mereka beristirahat sejenak dipinggir jalan. Bahkan banyak pengendara yang mengambil jalan pintas agar lebih cepat padahal mereka melanggar lalu-lintas.

Seperti pengalaman seseorang yang bernama “B.N.”, suatu ketika ia terjebak macet di daerah pondok kopi dan pada saat itu pula ia sedang dikejar waktu dan karena ia tidak sabar ia memutuskan untuk memutar arah yang seharusnya ia tidak boleh memutar disana karena disana sudah ada rambu larangan untuk memutar. Lalu tanpa ia sadari dihadapanya sudah ada seorang polisi yang menghadangnya dan siap untuk menilang dia.

Dari cerita diatas dapat disimpulkan dalam keadaan macet dan kelelahan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti ditilang sampai kecelakaan dan masih banyak lagi peristiwa yang akan anda jumpai jika anda tidak mematuhi peraturan lalu-lintas.

5 komentar:

  1. lu sendiri pernah melanggar rambu lalu lintas ga?!...

    klo gw sendiri sering banget,n lebih enak lagi klo rame-rame....lu taulah betapa btnya klo kena macet,trus dah gitu puanuaz beud...
    klo urusan tilang mah gampanglah,,bisa cingcay ma tuh prokis...
    hahaha....

    oia,,klo mnurut gw klo kita berkendaraan bukannya nyari hati-hati tapi nyari selamat....
    klo kita hati-hati belum tentu orang juga hati-hati,,
    dan sebaiknya,, klo orang lain hati-hati belum tentu kita hati-hati....
    jadi menurut gw cari selamat ajalah...
    klo kata orang jawa,,alone-alon waton kelakon gitu dah...

    BalasHapus
  2. ya gw juga pernah melanggar lalulintas, tapi itu juga sekiranya g ngerugiin orang lain.

    ia si memang mencari selamat itu intinya, soalnya kalo kita sudah berhati-hati belum tentu orang lain berhati-hati. jadi terkadang kita yang menjadi korban.

    terima kasih masukannya.

    BalasHapus
  3. lu pernah melanggar lalulintas, tapi itu juga sekiranya g ngerugiin orang lain.

    contohnya gimana tu bro?!...

    BalasHapus
  4. misalnya lg jalan malam2 lalu saya melawati lampu merah jika saya ingin menerobosnya saya lihat kanan kiri terlebih dahulu agar tidak ada orang lain yang tertabrak....
    ya kurang lebih seperti itulah nang.

    BalasHapus
  5. ouwh begitu.
    ya itu mah sama aja tidak patuh jika tidak ada yang melihat,tetapi klo ada yang lihat ap masih patuh?!....

    BalasHapus