Minggu, 27 Maret 2011

KEPADATAN DAN KESESAKAN

KEPADATAN (DENSITY) DAN KESESAKAN (CROWDING)

Kepadatan dan kesesakan menjadi masalah utama bagi setiap orang, setiap Negara dimasa sekarang sampai masa yang akan datang. Meningkatnya jumlah penduduk menjadi alasan utama terjadinya kepadatan dan kesesakan. Begitu juga dengan meningkatnya arus urbanisasi menuju kota-kota besar. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan dengan keadaan lingkungan yang ada membuat kepadatan dan kesesakan semakin terasa. Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya. Menurut Sundstrom, kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan (dalam Wrightsman & Deaux, 1981).

Kepadatan dapat dibedakan menjadi beberapa kategori. Holahan (1982) menggolongkan kepadatan kedalam dua katergori, yaitu kepadatan spasial (spatial density) yang terjadi apabila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu tetap, dan kepadatan sosial (social density) yang terjadi apabila jumlah individu ditabah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan. Sedangkan Altman (1975) membagi kepadatan menjadi kepadatan dalam (inside density) dan kepadatan luar (outside density). Kepadatan dalam terjadi apabila sejumlah individu yang berada dalam suatu ruang atau tempat tinggal seperti didalam rumah atau kamar. Kepadatan luar terjadi apabila sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim disuatu wilayah pemukiman.

Lingkungan sangat erat kaitannya dengan perilaku yang kita tampilkan. Para ahli behaviorisme percaya bahwa lingkungan merupakan faktor utama penentu perubahan perilaku individu. Namun, jika individu berada dalam suatu lingkungan yang kurang baik maka perilaku individu tersebut menjadi negatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Karlin dkk, (dalam Sears dk., 1994) menunjukkan perbedaan. Mahasiswa yang tinggal bertiga dam satu kamar, padahal kamar dirancang hanya untuk berdua menunjukkan perilaku stress dan kekecewaan yang lebih tinggi, dan prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan mahasiswa yang tinggal berdua dalam satu kamar.

Beberapa penelitian sejanis telah banyak dilakukan oleh para ahli. Sehingga, menurut Heimstra dan McFarling (1978) kepadatan memberikan akibat bagi manusia secara fisik, seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain (Heimstra dan McFarling, 1978). Secara sosial, terlihat pada meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan McFarling, 1978; Gifford, 1987). Maupun secara psikis seperti, stress, menarik diri (Heimstra dan McFarling, 1978), perilaku agresi (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982), dan lain-lain.

Kepadan dan kesesakan merupakan hal yang berhubungan dan tidak dapat dipisahkan atau berkaitan satu dengan yang lainnya. Menurut (Altman, 1975), Heimstra dan McFarling (1979) antara kepadatan dan kesesakan memiliki hubungan yang erat karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan, tetapi bukan satu-satunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan kesesakan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982).

Menurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Menurut Morris (dalam Iskandar, 1990) memberi pengertian kesesakan sebagai defisit suatu ruangan.

Menurut Stokols (dalam Altman, 1975) membedakan antara kesesakan bukan sosial (nonsocial crowding) yaitu dimana faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti sebuah ruang yang sempit. Sementara kesesakan sosial (social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak.

Bedasarkan uraian diatas, maka jelas kepadatan dan kesesakan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama untuk masyarakat yang tinggal dikota-kota besar. Hal ini bisa dilihat dari sering terjadinya kemacetan dimana-mana terutama pada jam-jam sibuk, seperti pagi dan sore hari. Bahkan tidak sedikit orang yang merasa stress karena seringnya ia menghadapi lingkungan seperti ini. Jika sudah begini maka individu tidak akan mencapai titik maksimal dalam menjalani pekerjaan atau kegiatannya.

Banyak hal yang menjadi faktor kepadatan dan kesesakan dikota-kota besar. Seperti, membludaknya pertumbuhan penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan daerah. Hal ini terjadi karena tidak adanya kesadaran di masyarakat, padahal pemerintah telah membuat program KB (Keluarga Berencana) dimana masing-masing keluarga disarankan untuk hanya memiliki dua anak. Lalu, seperti yang telah dijelaskan diatas karena arus urbanisasi yang semakin gencar. Hal ini terjadi karena kurangnya pemerataan daerah, sehingga orang-orang lebih memilih untuk bekerja dikota-kota besar.

Untuk mengatasi masalah kepadatan dan kesesakan diperlukan dukungan dari semua pihak agar terbentuk suasana yang aman dan nyaman. Tanpa adanya dukungan dari semua pihak hal tersebut akan sulit terlaksana bahkan mungkin tidak akan terlaksana sama sekali. Terima kasih.