Minggu, 25 Oktober 2009

Allport dan Roger


1. Pendapat Allport dalam membahas manusia


Allport lebih optimistis tentang kodrat manusia daripada Freud. Pandangan-pandangan pribadi dan profesional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud, dan gambaran kodrat manusia yang diutarakan allport adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dokontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewas yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neurotis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat babas dari paksaan-paksaan masa lampau.

Freud percaya bahwa perbedaan antara orang yang neurotis dan orang yang sehat terletak dalam tingkat, bukan dalam macamnya; Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neorotis dan orang yang sehat. Dalam pandangan Allport, orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.


2. Perkembangan proprium sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat


Proparium/ propriate/ appropriate adalah sesuatu yang dimiliki seseorang adalah unik bagi seseorang. Proprium adalah istilah yang digunakan untuk menunjukun ego. Proprium menggambarkan ego sebagai sesuatu yang dengan segera dapat kita sadari. Proprium tidak dibawa sejak lahir melainkan berkembang karena perkembangan individu. Proprium tersusun menjadi 7 tingkatan :


  1. Diri jasmaniah

Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi tidak dapat membedakan antara diri dan dunia sekitarnya. Lama-lama dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalaman-pengalaman perseptual, maka berkembang suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hal lain “diluarnya”. Sekitar usia 15 bulan maka muncullah tingkat pertama perkembangan proparium diri jasmaniah.


  1. Identitas Diri

Pada tingkat kedua perkembangan ini, muncul perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan identitasnya. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari orang lain.


  1. Harga Diri

Tingkat ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnya harga diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan sesuatu atas usahanya sendiri. Anak berusia 2 tahun yang bersifat ingin tahu dan agresif dapat menjadi sangat destruktif karena dorongan untuk memanipulasi dan menyelidiki ini berperan banyak. Menurut Allport tingkat perkembangan ini menentukan : apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan, akibatnya timbul perasaan dihina dan marah.


  1. Perluasan Diri (self extension)

Terjadi mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah miliknya. Anak berbicara tentang “rumahku” atau “sekolahku”.


  1. Gambaran Diri

Hal ini menunjukan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orang tua dan anak. Lewat pujian dan hukuman, anak belajar bahwa orang tuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah laku yang baik dan menjauhi tingkah laku yang buruk.


  1. Diri sebagai Perilaku Rasional

Setelah anak mulai sekolah diri sebagai perilaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru dan teman-teman sekolahnya. Anak belajar bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.


  1. Perjuangan Diri

Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving) – tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) – timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk mencari identitas diri baru, berbeda dari identitas diri sebelumnya yang terjadi saat usia 2 tahun. Dan pertanyaan “siapakah saya?” adalah sangat penting. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini karena untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian jangka panjang.


3. Ciri kepribadian yang matang menurut Allport


Menurut Allport ada tujuh kriteria tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat :


  1. Perluasan Perasaan Diri

ketika diri berkembanng, maka diri itu meluas jangkauan banyak orang dan benda-benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu, kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika seseorang menjadi matang ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Dalam pandangan Allport suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi dirinya. Apabila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan karena percaya bahwa pekerjaan itu penting, karena menantang atau karena jika mengerjakan pekerjaan dengan baik akan merasa puas maka anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, orang atau ide, maka ia semakin sehat secara psikologis.


  1. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain

Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain :

  • Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang lain. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkambang baik. Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang-orang yang neorotis dengan orang yang sehat. Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya, cinta diberikan dengan syarat dan kewajiban yang tidak bersifat timbal balik. Sedangkan cinta orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.

  • Tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemehaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua Bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia dan mengetahui bahwa ia juga memiliki kelemahan yang sama. Tapi orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalamn dasar manusia.


  1. Keamanan Emosional

Sifat dari kepribadian yang sehat meliputi beberapa kualitas; kualitas pertama adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat mampu menerima segala yang ada pada dirinya, seperti kelemahan dan kekurangannya tanpa menyerah pada kekurangan dan kelemahan itu. Kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian yang sehat dapat mengontrol emosi mereka sehingga tidak mengganggu aktivitas individu. Tetapi orang yang neurotis menyerah pada emosi yang sedang ia alami saat itu. Kualitas lain dari keamanan emosional adalah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat bisa sabar dalam menghadapi kemunduran, malah mereka dapat menemukan cara untuk keluar dari kemunduran tersebut.


  1. Persepsi Realistis

Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus merubah realitas supaya sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan kekuatan mereka sendiri.


  1. Keterampilan dan Tugas

Allport menekankan pentingnya suatu pekerjaan dan perlunya suatu keseriusan dalam menjalankannya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan keterampilan. Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis. Tetapi tidak mungkin menemukan orang yang sehat dan matang tanpa mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaannya. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaanyang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.


  1. Pemahaman Diri

Usaha untuk mengetahui diri secara objektif merupakan tugas yang sulit, tetapi ada kemungkinan untuk mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification). Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang yang neurotis. Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki dari seseorang dengan dirinya. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.


  1. Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Orang yang sehat selalu melihat ke masa depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness), dan lebih terlihat pada kepribadian yang sehat daripada orang yang neurotis. Jadi, bagi Allport tidak mungkin memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yang sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis hanya memiliki nilai yang terpecah-pecah, dan bersifat sementara. Nilai orang yang neurotis tidak tetap atau tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.

Suara hati juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dan yang neurotis. Suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau nilai-nilai etis.


4. Perkembangan kepribadian self menurut Rogers


Berbeda dengan Allport, yang datanya diperoleh dari studi tentang orang dewasa yang matang dan sehat, Rogers bekerja dengan individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasiennya ia lebih suka menyebutnya “klien”. Ia mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama ada pada kepribadian klien (client-centered therapy). Menurut Rogers individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri, karena menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Menurut Rogers manusia yang rasional dan sadar tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti toilet training. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, ia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi kepribadiannya, namun ia tetap fokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi waktu itu.

Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan kehidupan seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolesensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.


5. Peranan positive regards dalam kepribadian individu


Saat masa kanak-kanak, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua hal lainnya. Anak mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi miliknya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain anak mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept).

Cara-cara khusus bagaimana diri berkembang dan apakah akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu pada masa kecil. Pada waktu diri berkembang anak juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif” (positive regards).

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Oleh kerena itu peranan positif regard sangat penting dalam perkembangan diri seseorang, karena suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh mana kebutuhan akan positif regard seseorang dapat terpenuhi dengan baik. Anak akan merasa puas jika ia menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang lain, tetapi ia akan merasa kecewa jika mendapat celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang.

Menurut Rogers positif regard terbagi menjadi 2, “penghargaan positif bersyarat” (conditional positive regards), adalah kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Misalnya jika seorang ibu menyatakan celaan kepada anaknya ketika anak melakukan kesalahan, maka pada akhirnya anak akan mencela dirinya sendiri ketika ia melakukan kesalahan. Ini berati anak merasa suatu perasaaan harga diri hanya dalam syarat-syarat tertentu. Melaksanakan tingkah laku yang dilarang menyebabkan anak merasa salah dan tidak berharga. Dan dengan demikian sikap defensif menjadi bagian dari tingkah laku anak tersebut. Kedua, “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regards), adalah syarat utama bagi timbulnya kepribadian yang sehat. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Unconditional positive regards tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada tetapi tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa dinasehati.


6. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers


Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.


  1. Keterbatasan Pada Pengalaman

Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.


  1. Kehidupan Eksistensial

Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.


  1. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.


  1. Perasaan Bebas

Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.


  1. Kreativitas

Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.



Referensi :

  • Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Oleh: Drs. Yustinus MSc. OFM. Yogyakarta: Kanisius.

  • Suryabrata Sumadi. Psikologi Kepribadian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003.

  • NN. Carl Rogers : Psikolog Aliran Humanisme. blog.kenz.or.id.


me="GENERATOR" content="OpenOffice.org 3.0 (Win32)">

Tidak ada komentar:

Posting Komentar