Minggu, 25 Oktober 2009

Allport dan Roger


1. Pendapat Allport dalam membahas manusia


Allport lebih optimistis tentang kodrat manusia daripada Freud. Pandangan-pandangan pribadi dan profesional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud, dan gambaran kodrat manusia yang diutarakan allport adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dokontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewas yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neurotis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat babas dari paksaan-paksaan masa lampau.

Freud percaya bahwa perbedaan antara orang yang neurotis dan orang yang sehat terletak dalam tingkat, bukan dalam macamnya; Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neorotis dan orang yang sehat. Dalam pandangan Allport, orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.


2. Perkembangan proprium sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat


Proparium/ propriate/ appropriate adalah sesuatu yang dimiliki seseorang adalah unik bagi seseorang. Proprium adalah istilah yang digunakan untuk menunjukun ego. Proprium menggambarkan ego sebagai sesuatu yang dengan segera dapat kita sadari. Proprium tidak dibawa sejak lahir melainkan berkembang karena perkembangan individu. Proprium tersusun menjadi 7 tingkatan :


  1. Diri jasmaniah

Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi tidak dapat membedakan antara diri dan dunia sekitarnya. Lama-lama dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalaman-pengalaman perseptual, maka berkembang suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hal lain “diluarnya”. Sekitar usia 15 bulan maka muncullah tingkat pertama perkembangan proparium diri jasmaniah.


  1. Identitas Diri

Pada tingkat kedua perkembangan ini, muncul perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan identitasnya. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari orang lain.


  1. Harga Diri

Tingkat ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnya harga diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan sesuatu atas usahanya sendiri. Anak berusia 2 tahun yang bersifat ingin tahu dan agresif dapat menjadi sangat destruktif karena dorongan untuk memanipulasi dan menyelidiki ini berperan banyak. Menurut Allport tingkat perkembangan ini menentukan : apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan, akibatnya timbul perasaan dihina dan marah.


  1. Perluasan Diri (self extension)

Terjadi mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah miliknya. Anak berbicara tentang “rumahku” atau “sekolahku”.


  1. Gambaran Diri

Hal ini menunjukan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orang tua dan anak. Lewat pujian dan hukuman, anak belajar bahwa orang tuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah laku yang baik dan menjauhi tingkah laku yang buruk.


  1. Diri sebagai Perilaku Rasional

Setelah anak mulai sekolah diri sebagai perilaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru dan teman-teman sekolahnya. Anak belajar bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.


  1. Perjuangan Diri

Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving) – tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) – timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk mencari identitas diri baru, berbeda dari identitas diri sebelumnya yang terjadi saat usia 2 tahun. Dan pertanyaan “siapakah saya?” adalah sangat penting. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini karena untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian jangka panjang.


3. Ciri kepribadian yang matang menurut Allport


Menurut Allport ada tujuh kriteria tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat :


  1. Perluasan Perasaan Diri

ketika diri berkembanng, maka diri itu meluas jangkauan banyak orang dan benda-benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu, kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika seseorang menjadi matang ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Dalam pandangan Allport suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi dirinya. Apabila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan karena percaya bahwa pekerjaan itu penting, karena menantang atau karena jika mengerjakan pekerjaan dengan baik akan merasa puas maka anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, orang atau ide, maka ia semakin sehat secara psikologis.


  1. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain

Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain :

  • Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang lain. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkambang baik. Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang-orang yang neorotis dengan orang yang sehat. Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya, cinta diberikan dengan syarat dan kewajiban yang tidak bersifat timbal balik. Sedangkan cinta orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.

  • Tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemehaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua Bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia dan mengetahui bahwa ia juga memiliki kelemahan yang sama. Tapi orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalamn dasar manusia.


  1. Keamanan Emosional

Sifat dari kepribadian yang sehat meliputi beberapa kualitas; kualitas pertama adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat mampu menerima segala yang ada pada dirinya, seperti kelemahan dan kekurangannya tanpa menyerah pada kekurangan dan kelemahan itu. Kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian yang sehat dapat mengontrol emosi mereka sehingga tidak mengganggu aktivitas individu. Tetapi orang yang neurotis menyerah pada emosi yang sedang ia alami saat itu. Kualitas lain dari keamanan emosional adalah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat bisa sabar dalam menghadapi kemunduran, malah mereka dapat menemukan cara untuk keluar dari kemunduran tersebut.


  1. Persepsi Realistis

Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus merubah realitas supaya sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan kekuatan mereka sendiri.


  1. Keterampilan dan Tugas

Allport menekankan pentingnya suatu pekerjaan dan perlunya suatu keseriusan dalam menjalankannya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan keterampilan. Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis. Tetapi tidak mungkin menemukan orang yang sehat dan matang tanpa mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaannya. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaanyang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.


  1. Pemahaman Diri

Usaha untuk mengetahui diri secara objektif merupakan tugas yang sulit, tetapi ada kemungkinan untuk mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification). Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang yang neurotis. Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki dari seseorang dengan dirinya. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.


  1. Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Orang yang sehat selalu melihat ke masa depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness), dan lebih terlihat pada kepribadian yang sehat daripada orang yang neurotis. Jadi, bagi Allport tidak mungkin memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yang sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis hanya memiliki nilai yang terpecah-pecah, dan bersifat sementara. Nilai orang yang neurotis tidak tetap atau tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.

Suara hati juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dan yang neurotis. Suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau nilai-nilai etis.


4. Perkembangan kepribadian self menurut Rogers


Berbeda dengan Allport, yang datanya diperoleh dari studi tentang orang dewasa yang matang dan sehat, Rogers bekerja dengan individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasiennya ia lebih suka menyebutnya “klien”. Ia mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama ada pada kepribadian klien (client-centered therapy). Menurut Rogers individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri, karena menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Menurut Rogers manusia yang rasional dan sadar tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti toilet training. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, ia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi kepribadiannya, namun ia tetap fokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi waktu itu.

Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan kehidupan seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolesensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.


5. Peranan positive regards dalam kepribadian individu


Saat masa kanak-kanak, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua hal lainnya. Anak mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi miliknya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain anak mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept).

Cara-cara khusus bagaimana diri berkembang dan apakah akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu pada masa kecil. Pada waktu diri berkembang anak juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif” (positive regards).

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Oleh kerena itu peranan positif regard sangat penting dalam perkembangan diri seseorang, karena suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh mana kebutuhan akan positif regard seseorang dapat terpenuhi dengan baik. Anak akan merasa puas jika ia menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang lain, tetapi ia akan merasa kecewa jika mendapat celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang.

Menurut Rogers positif regard terbagi menjadi 2, “penghargaan positif bersyarat” (conditional positive regards), adalah kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Misalnya jika seorang ibu menyatakan celaan kepada anaknya ketika anak melakukan kesalahan, maka pada akhirnya anak akan mencela dirinya sendiri ketika ia melakukan kesalahan. Ini berati anak merasa suatu perasaaan harga diri hanya dalam syarat-syarat tertentu. Melaksanakan tingkah laku yang dilarang menyebabkan anak merasa salah dan tidak berharga. Dan dengan demikian sikap defensif menjadi bagian dari tingkah laku anak tersebut. Kedua, “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regards), adalah syarat utama bagi timbulnya kepribadian yang sehat. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Unconditional positive regards tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada tetapi tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa dinasehati.


6. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers


Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.


  1. Keterbatasan Pada Pengalaman

Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.


  1. Kehidupan Eksistensial

Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.


  1. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.


  1. Perasaan Bebas

Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.


  1. Kreativitas

Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.



Referensi :

  • Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Oleh: Drs. Yustinus MSc. OFM. Yogyakarta: Kanisius.

  • Suryabrata Sumadi. Psikologi Kepribadian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003.

  • NN. Carl Rogers : Psikolog Aliran Humanisme. blog.kenz.or.id.


me="GENERATOR" content="OpenOffice.org 3.0 (Win32)">

Selasa, 13 Oktober 2009

DAMPAK GEMPA PADA ANAK

Kita ketahui bersama pada hari Rabu tanggal 2 September 2009 telah terjadi gempa bumi pada pukul 15.15 WIB yang berkekuatan 7,3 skala richter, pusat gempa terletak pada 142 km barat daya Tasikmalaya, Jawa Barat dengan kedalaman 30 km. Gempa ini sempat diperkirakan berpotensi terjadinya tsunami karena pusat gempa berada dibawah permukaaan laut. Gempa tersebut tidak hanya menimpa Tasikmalaya tetapi juga beberapa daerah di Jawa Barat, kekuatan getaran gempa terasa hingga Jakarta sehingga membuat karyawan yang bekerja di gedung tinggi berlarian keluar untuk menyelamatkan diri.(www.sabili.co.id/gempa-Tasikmalaya).

Dengan adanya bencana gempa, ini menimbulkan dampak psikologis pada korban-korban gempa tersebut, terutama pada anak-anak yang kehilangan orang tuanya karena diusia mereka yang masih belia mereka sudah harus menerima kenyataan untuk kehilangan orang-orang terdekat mereka, padahal di usia mereka saat ini mereka sedang membutuhkan kasih sayang dari orang-orang terdekat mereka. Bayangkan jika anda berada di posisi mereka.

Seperti yang di alami oleh pada Hermawan (15), walaupun ia bisa dikatakan bukan anak-anak lagi tetapi ia juga mengalami dampak psikologis dari gempa. Karena ia kehilangan seluruh anggota keluarganya, dia kehilangan ibu, nenek, tiga adiknya, dan tiga keponakannya. Mereka tertimbun longsoran dari bukit di belakang rumahya. Padahal Hermawan dan keluarganya baru saja bisa merasakan kembali kebersamaan sebuah keluarga karena sebelumnya kedua orang tua Hermawan pergi ke Jakarta untuk menunggu kelahiran adik bungsu Hermawan. Tekanan psikologis yang dialami oleh Hermawan bukanlah akhir dari penderitaan yang dialaminya selama dua malam ia tinggal di pengungsian ia tidak bisa tidur karena ia kehilangan keluarganya.(Kompas, 5 September 2009).

Penderitaan korban gempa tidaklah berhenti sampai disini, mereka harus menghadapi serba keterbatasan dalam pengungsian. Mulai dari tempat tidur yang hanya beralaskan tikar sampai makanan yang serba terbatas, termasuk pelayanan kesehatan yang kurang bisa melayani para korban dengan maksimal karena banyaknya pasien, terbatasnya peralatan medis, tenaga ahli dan relawan.

Walaupun bantuan dari berbagai pihak terus berdatangan baik dalam bentuk materil dan non materil tetapi untuk memulihkan kehidupan dan keadaan psikologis para korban gempa akan sangat sulit karena mereka mengalami traumatis yang mendalam dan juga kehilangan harta benda dan keluarga mereka. Dibutuhkan lebih dari sekedar bantuan materil dan non materil untuk memulihkan keadaan mereka seperti semula. Mereka membutuhkan bantuan dari para ahli jiwa (psikolog) untuk mengembalikan keadaan psikologis mereka terutama untuk anak-anak, karena pada masa ini anak-anak lebih mudah menerima segala hal yang terjadi pada dirinya sehingga jika anak-anak mengalami trauma yang berkepanjangan, hal ini akan terbawa terus sampai mereka dewasa dan akan mengganggu pertumbuhan.

Senin, 12 Oktober 2009

kritikan humanistik

>

KRITIKAN HUMANISTIK TERHADAP ALIRAN BEHAVIORISME DAN PSIKOANALISA


Ahli-ahli psikologi humanistik semakin kritis kerena mereka percaya bahwa behaviorisme dan psikoanalisa memberikan pandangan-pandangan terbatas tentang kodrat manusia, mengabaikan puncak-puncak yang akan didaki oleh orang-orang yang memiliki potensi. Kritikannya adalah bahwa behaviorisme memperlakukan manusia sebagai suatu mesin atau suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan aturan. Individu digambarkan sebagai suatu organisme yang tersusun baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, dan kreatifitas, seperti suatu alat pengukur panas. Sedangkan psikoanalisa telah memberi kepada kita hanya sisi yang sakit atau pincang dari kodrat manusia karena hanya berpusat pada tingkah laku yang neurotis dan psikotis Freud dan orang-orang yang mengikuti ajaran-ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat. Baik Behaviorisme maupun Psikoanalisa tidak berbicara mengenai potensi kita untuk tumbuh, keinginan kita untuk menjadi lebih baik.




Referensi:


  • Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., dan Hilgard, E.R. 1994. Pengantar Psikologi Jilid 2. Edisi Ke- 8. Editor: Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
  • Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Oleh: Drs. Yustinus MSc. OFM. Yogyakarta: Kanisius.

perbedaan psikoanalisa, behaviorisme dan humanistik

PERBEDAAN TEORI PSIKOANALISA, BEHAVIORISME DAN HUMANISTIK


1. Psikoanalisa


Tokoh dari psikoanalisa adalah Sigmund Freud (1859-1939). Freud terlalu menekankan aspek naluriah dan aspek biologis kepribadian, dan kurang memperhatikan kenyataan bahwa manusia merupakan produk masyarakat dimana mereka tinggal. Teori kepribadian Freud hampir seluruhnya didasarkan kepada pengamatannya tentang individu yang mengalami gangguan emosional dan mungkin bukan merupakan deskripsi yang tepat tentang kepribadian yang normal dan sehat. Teori psikoanalisa berasumsi bahwa perilaku yang berbeda mungkin didasari oleh impuls atau konflik yang sama. Misalnya, seorang ibu yang merasa marah pada anaknya mungkin akan menghukum dan mencacinya, atau mungkin dia akan menekan impuls kemarahannya lalu menjadi sangat protektif dan penuh perhatian terhadap anak itu.



2. Behaviorisme


Tokohnya adalah J.B.Watson (1879-1958). ia mennolak bahwa pikiran sebagai subjek psikologi dibatasi pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat di observasi atau manusia diperlakukan seperti mesin. Ada 3 ciri penting didalam aliran perilaku :

  • Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen-elemen atau bangunan perilaku.
  • Menekankan perilaku yang dipelajari pada perilaku yang tidak dipelajari (refleks). Behaviorisme menolak kecenderungan-kecenderungan perilaku bawaan.
  • Difokuskan pada perilaku binatang atau manusia dianggap seperti mesin.



3. Humanistik


Tokohnya adalah A.Maslow. Aliran humanistik memiliki kekuatan untuk memotivasi seseorang untuk menjadi lebih baik, memiliki pandangan positif dan berusaha menjadi lebih baik. Menurut psikologi humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran. 5 macam kebutuhan yang berhirarki, meliputi :

· kebutuuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)

· kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs)

· kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the loves and belongingness needs)

· kebutuhan akan penghargaan (the self-esteem needs)

· kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)



Referensi:

  • Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., dan Hilgard, E.R. 1994. Pengantar Psikologi Jilid 2. Edisi Ke- 8. Editor: Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
  • Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Oleh: Drs. Yustinus MSc. OFM. Yogyakarta: Kanisius.

Minggu, 11 Oktober 2009

PENGENDARA MOTOR SEBAIKNYA BERHATI-HATI

Saat ini banyak sekali penduduk Jakarta yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor. Mungkin anda juga seering melihat pengendara sepeda motor saat ini sudah tidak terhitung. Saat ini sudah mencapai ribuan bahkan jutaan, bisa dikatakan setiap individu memiliki satu kendaraan bermotor atau lebih. Dengan keaadan seperti itulah yang membuat ibu kota jakarta ini menjadi semakin padat, dan kepadatan tersebut membuat jalan-jalan semakin macet dan susah untuk diatur dari hari ke hari. Belum ditambah lagi jika terjadi kecelakaan dan para angkutan umum yang berhenti sembarangan yang dikenal dengan “terminal bayangan”.

Hal ini sebenarnya bisa dihindarkan, jika saja para pengguna motor bisa tertib selama berada di jalan, dan tentu saja mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang sudah ditetapkan oleh pihak berwajib. Menurut pengamatan yang saya dapat, perilaku dari pengendara motor yang tidak tertib itulah yang menjadi penyebab utama kemacetan. Padahal mereka tahu jika mereka tidak mematuhi peraturan rambu lalu-lintas mereka akan dikenakan sanksi atau lebih sering dikenal dengan istilah “tilang”.
Banyak orang yang berusaha berangkat lebih awal dari biasanya untuk menghindari macet tetapi tetap saja mereka terjebak macet, bagi mereka kemacetan telah menjadi hal yang biasa dihadapi setiap harinya. Saat mereka berangkat kerja, kuliah atau ketika akan melakukan aktivitas di perjalanan mereka sudah terjebak kemacetan sehingga pada saat mereka akan memulai aktivitasnya mereka sudah kehilangan semangat dan konsentrasi, sampai mereka kembali pulang kerumah pun bisa dipastikan mereka terjebak kemacetan. Dan kejadian ini berulang terus setiap hari.

Hal inilah yang membuat para pengendara sepeda motor menjadi jenuh sehingga mereka menjadi mudah terpancing emosinya, apalagi jika cuaca saat itu memang sedang panas. Bahkan saat mecet total terjadi sering dijumpai para pengendara yang kelelahan sehingga mereka beristirahat sejenak dipinggir jalan. Bahkan banyak pengendara yang mengambil jalan pintas agar lebih cepat padahal mereka melanggar lalu-lintas.

Seperti pengalaman seseorang yang bernama “B.N.”, suatu ketika ia terjebak macet di daerah pondok kopi dan pada saat itu pula ia sedang dikejar waktu dan karena ia tidak sabar ia memutuskan untuk memutar arah yang seharusnya ia tidak boleh memutar disana karena disana sudah ada rambu larangan untuk memutar. Lalu tanpa ia sadari dihadapanya sudah ada seorang polisi yang menghadangnya dan siap untuk menilang dia.

Dari cerita diatas dapat disimpulkan dalam keadaan macet dan kelelahan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti ditilang sampai kecelakaan dan masih banyak lagi peristiwa yang akan anda jumpai jika anda tidak mematuhi peraturan lalu-lintas.

Senin, 05 Oktober 2009

TAHAP PERKEMBANGAN FREUD DAN ERIKSON

TAHAP PERKEMBANGAN SIGMUND FREUD:

PSIKOSEKSUAL


  • Tahap Oral.

Tahap perkembangan ini terjadi dari lahir sampai usia 18 bulan, yaitu sumber kenikmatan utama pada bayi berorientasi pada mulut. Seperti memnghisap dan menelan.


  • Tahap Anal.

Tahap perkembangan ini terjadi pada usia 12/18 bulan sampai 3 tahun, yaitu anak mendapatkan kepuasan dengan menahan atau melepaskan feces. Zona kepuasaannya adalah daerah anal dan toilet training merupakan aktivitas penting.


  • Tahap phalic.

Terjadi pada usia 3 sampai 6 tahun, yaitu anak lebih dekat dengan orang tua yang jenis kelaminnya berlawanan dan kemudian mengidentifikasikannya dengan orang tua berjenis kelamin sama. Pada masa ini suoerego anak berkembang.


  • Tahap Latency

Terjadi pada usia 6 tahun sampai pubertas, yaitu merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten. Pada masa ini anak lebih mudah dididik dari pada fase sebelum dan sesudahnya.


  • Tahap Genital
Terjadi pada pubertas sampai kedewasaan, yaitu mempunyai sifat narcistis artinya individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri dan orang lalin. Pada tahap ini diarahkan ke objek diluar; si puber mulai belajar mencintai orang lain karna alasan altruistis bikan karna alasan narcistis.


TAHAP PERKEMBANGAN ERIKSON:

PSIKOSOSIAL


  1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Ketidak percayaan).

Terjadi dari mulai lahir sampai usia 12-18 bulan. Bayi mengembangkan perasaan nyaman dengan lingkungan atau suatu situasi yang menimbulkan rasa percaya. Jika bayi tidak merasakan rasa nyaman ia tidak akan percaya akan lingkungannya. Contoh: bayi yang menangis akan diam saat digendong ibunya, dan akan menangis jika sadar yang menggendongnya bukan ibunya.


  1. Autonomy vs Shame and Doubt (Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu-ragu).

Terjadi pada periode perkembangan masa bermain (12-18 bulan hingga 3 tahun). Anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban – kewajiban dan hak – haknya disertai apakah pembatasan – pembatasan yang dikenakan pada dirinya, inilah tahap saat berkembangnya kebebasan pengungkapan diri dan sifat penuh kasih sayang, rasa mampu mengendalikan diri akan menimbulkan dalam diri anak rasa memiliki kemauan baik dan bangga yang bersifat menetap, jika orang tua dapat menolak anak untuk melakukan apa yang dapat dilakukannya, tetapi tidak patut dilakukan. Sebaliknya, orang tua dapat mendorong atau memaksa anak melakukan yang patut, sesuai batas kemampuannya. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Apabila orang tua melindungi anak berlebihan atau tidak peka terhadap rasa malu anak di hadapan orang lain dapat menumbuhkan pribadi pemalu dan ragu – ragu yang bersifat menetap.


  1. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah).

Terjadi pada periode perkembanganmasa awal anak-anak (tahun pertama pra-sekolah 3-6 tahun). Tahap ini menumbuhkan inisiatif anak pada masa awal anak masuk sekolah atau taman kanak-kanak. Anak akan lebih kreatif dan secara fisik akan lebih seimbang maupun kejiwaannya. Ditambah lagi jika orang tua mampu memberikan dorongan dan mengasah kemampuan dalam berkreativitas atau membantu anak untuk melaksanakan tugasnya, dan jika orang tua tidak memberikan dorongan atau tidak membantu anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya ataupun orang tua terlalu keras mendidik dengan banyak hukuman saat anak sedang berusaha menunjukkan dirinya bahwa ia bisa atau pun ia ingin, maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah dan tidak ingin mencoba sesuatu yang baru.


  1. Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri).

Terjadi pada periode perkembangan masa pertengahan dan akhir anak-anak (tahun- tahun sekolah, 6 tahun–pubertas). Masa awal anak-anak yang penuh imajinasi, ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan & keterampilan intelektual. Tertarik pada bagaimana sesuatu diciptakan & bagaimana sesuatu itu bekerja. Orang tua atau guru memberikan antusiasme pada daya tarik anak pada kegiatannya, untuk mendorong bangkitnya rasa tekun anak / siswa.

Periode ini anak berpikir intuisif atau berpikir mengandalkan ilham, anak-anak berimajinasi memperoleh kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi pemikiran & idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Erikson yakin guru mempunyai tanggung-jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak, guru secara lembut tetapi tegas memaksa anak-anak ke dalam pencarian untuk menemukan bahwa seseorang dapat belajar mencapai sesuatu yang tidak ia pikirkan sendiri (perkembangan kognitif ditinjau dari sudut karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa). Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.


  1. Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan Peran).

Terjadi pada periode perkembangan masa remaja 12 -20 tahun. Selama masa ini individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti ditengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau sifat memperbaharui, mulai menyadari sifat – sifat yang melekat pada dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan – tujuan yang dikejarnya di masa depan kekuatan dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa dalam kehidupan ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang dan ingin menjadi apakah ia dimasa yang akan datang ( masa untuk membuat rencana – rencana karier ).


  1. Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan).

Terjadi pada periode perkembangan masa awal dewasa (20-24 tahun). Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut Intimasi. Ketidak mampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan serta akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup ( menutup diri ).


  1. Generativity vs Stagnation (Perluasan vs Stagnasi).

Generativitas yang ditandai jika individu mulai menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk – produk, ide – ide, dan keadaan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi – generasi mendatang adalah merupakan hal yang positif. Sebaliknya, apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami pemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini kehidupan individu didominasi oleh pemuasan dan kesenangan diri sendiri saja. Individu negatif tidak menunjukkan fungsi – fungsi produktif, baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.


  1. Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan).

Terjadi pada periode perkembangan masa akhir dewasa (60 tahunan). Masa ini menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian yang bulat utuh yang ditandai sikap bijaksana, rasa puas terhadap masa hidupnya dan tidak takut menghadapi kematian. Sebaliknya, kepribadian yang pecah selalu menunjukkan pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan menerima kegagalan dan merasa selalu dibayangi kematian.


Referensi :

  • Wiratih Rahayu. Artikel Psikologi Perkembangan(Teori Erikson). www.bintangbangsaku.com. 31 Mei 2008.

  • Ihsanto Rachat Septian.Teori Psikososial Tentang Perkembangan (Erik Erickson ). www.wartawarga.gunadarma.ac.id. 12 September 2009.

  • Suryabrata Sumadi. Psikologi Kepribadian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003.

  • Papalia.D., Old. S., Feldman.,. Human Development. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2008.