Sabtu, 26 September 2009

Kegunaan statistika untuk psikologi..

Setiap orang pastinya sering mendengar kata “statistika”, mungkin anda mendengar statistik pada saat anda duduk di bangku SMP ataupun SMA?. Mungkin anda hanya tau statistika adalah ilmu hitung- menghitung yang sangat memusingkan. Tetapi apakah anda pernah mendengar psikologi juga memerlukan ilmu dari statistika? Bila di telusuri dan mencari tahu pastinya anda akan mendapatkan jawabannya. Oleh sebab itu saya mencoba untuk mencari tahu.

Istilah ’statistika’ (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan ’statistik’ (statistic). Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Dan psikologi berusaha menerapkan ilmu dari statistika untuk menjalankan tugasnya, seperti pengambilan keputusan, pemecahan masalah (problem solving), penelitian, riset pengembangan produk, dan kegiatan pelaporan.

Cara yang paling sering digunakan oleh para peneliti psikologi guna memperoleh data kuantitatif adalah sebagai berikut:

  1. Wawancara: observasi yang bersifat langsung.

Ex : Mencari tahu apa yang terjadi pada seseorang yang mengalami kekerasan rumah tangga kepada orang yang bersangkutan atau kepada saksi mata.

  1. Kuesioner: serangkaian pertanyaan yang dikirimkan per pos atau diserahkan kepada responden untuk diisi.

Ex: Memberikan angket kepada sampel yang di inginkan dan isi oleh sampel yang kemudian di serahkan kempali kepada tester.

  1. Test dan skala objektif: serangkaian test maupun skala yang objektif, penarikan kesimpulan tentang ciri-ciri individu atas dasar angka-angka yang diberikan pada individu melalui test tertentu.

Ex: Tes IQ. Di sekolah: tes penjurusan atau ulangan umum.

  1. Observasi tingkah laku: penarikan kesimpulan tentang ciri-ciri individu dengan cara melihat dan mendengar sendiri peristiwanya.

Ex: melakukan observasi secara langsung ke tempat kejadian(co: kampus) untuk melihat mayoritas mahasiswa datang ke kampus untuk apa belajar atau hanya sekedar masuk dan menaruh absen, dan menarik kesimpulan dari ap yang anda dengar dari hasil wawancara.

  1. Metode proyektif: dalam analisis psikologi, proyeksi berarti mencetuskan impulsi yang tidak sadar dari diri sendiri dengan cara melihat sesuatu seakan-akan impulsi orang lain.

Ex: memberikan motiviasi kepada para pekerja atau pegawai yang mengalami hambatan dalam bekerja, biasanya di lakukan oleh motifator atau HRD.

Dari penuturan di atas sudah dapat kita lihat apa yang membuat statistika dan psikologi saling berhubungan. Dengan statistika para peneliti akan mendapatkan kemudahan untuk melakukan experimen ataupun observasi.

Hanya ini yang dapat saya paparkan dari manfaat statistika dalam dunia psikologi.

..Terima kasih..

Referensi:

  • Politeknik Pos Indonesia. (2002, 19 September). Data Statistik dan Prosedur Penelitian Data Statistik. Diperoleh 11 September 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar